Sabtu, 28 Maret 2009

Loksado dan seputarnya (hulu sungai selatan-kalimantan)

1 Januari 2009 , Tahun baru kita berada di loksado...loksado bisa ditempuh melalui banjarmasin ke arah kandangan,loksado dengan jarak tempuh 4jam by angkutan umum. Kita menginap di amandit river lodge....penginapan di tepi sungai amandit ini sangat nyaman buat mencari ketenangan dan lebih dekat dengan alam.



Pagi hari di depan lodge



Amandit River Lodge

Pagi hari di tahun baru ini saya dan suami menuju loksado, tempat favorit rekreasi alam hulu sunga selatan. Tempat yang memberikan pengalaman baru dengan air terjun indah yang dibalut hutan tropika. Jam 9 pagi kita mengendarai motor sewaan menuju loksado, setelah melihat sekeliling sungai kami memutuskan membuat janji bamboo rafting untuk esok hari, dan melanjutkan perjalanan munuju air terjun haratai, menurut informasi air terjun ini dapat ditempuh dengan berjalan kaki atau dengan motor, so kami memutuskan menempuh perjalanan dengan sepeda motor....kira-kira 8km! Saya begitu antusias mencoba mengendarai sepeda motor, membonceng suami menjadi tantangan tersendiri, karena jalanan tidak mulus.....jalanan kecil dan harus melewati beberapa jembatan gantung yang lumayan tinggi....sedikit ada rasa takut, tapi saya berusaha melawan rasa takut ini....jadi jembatan gantung dan jalanan terjal dan licin saya lewati juga.


Saya di atas jembatan gantung



Dihutan tropika



Membeli batang kayu manis

Kami melewati desa yang penduduknya bercocok tanam karet , kayu manis dan kemiri. Harga kayu manis sangat murah di desa ini, hanya 6.ooo rupiah perkilo gram-nya! wah....kalo di ekspor, harga batang kayu manis sungguh melambung.Sesampai di air terjun haratai, kita mengambil beberapa photo dan langsung menuju penginapan kembali, badan terasa pegal banget, karena jalanan yang penuh tantangan.


Berenang di air terjun

Esok hari nya, jam 9pagi kami sudah bersiap-siap unutk melihat lihat kehidupan di sepanjang sungai amandit....bamboo rafting di mulai dari daerah loksado menuju penginapan kami, dengan harga 300.000 rupiah kita bisa menikmati 2jam perjalanan bamboo rafting. Banyak tanaman hutan kita lihat, juga beberapa perhau yang membawa bambbo atau kayu yang siap untuk dijual di kandangan. Beberapa burung lepas terbang di angkasa, dan kerbau hitam pun tak luput ikut berenang disungai.Menurut orang setempat kerbau disini memang terkenal sebagai perenang yang tangguh, dan banyak juga di temui di NEGARA. Setelah sampai di penginapan, kita beri istirahat siang sejenak sebelum melanjutkan perjalanan ke obyek wisata air panas tanuhi.


Bamboo Rafting

Jam 4 sore, dengan mengendarai sepeda motor kita menuju tanuhi, sangat mudah menuju daerah ini. Obyek air panas ini memiliki kolam renang air panas yang banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal, di areal ini juga tersedia akomodasi penginapan. Tempat ini banyak dikunjungi oleh pengunjung week end piknik. Kami hanya melihat daerah sekeliling tanpa mencoba berendam di air panas ini, tetapi kami mencoba masakan yang disediakan di warung terdekat. Murah dan sederhana saja, kita tidak bisa melihat restauran besar di daerah ini....low budget traveling bisa dilakukan disini.


Obyek wisata air panas Tanuhi


Senin, 09 Maret 2009

Perjalanan ke cempaka (tempat pendulangan intan),Banjarmasin (kalsel)

Perjalanan pada tanggal : 30 desember' 08

Hari ini begitu cerah, menambah semangat perjalanan menuju cempaka. Cempaka adalah tempat pendulangan (penggalian) intan. Sekitar jam 9.30 pagi sang guide (pak Yuliansyah,bagi yang tertarik, aku akan infokan contact person untuk touring) menjemput kami di hotel, dengan kendaraan kita langsung menuju cempaka, jarak tempuh sekitar 1 jam. Tidak sulit menuju tempat ini, sepanjang perjalanan sekitar traffic light, kita melihat beberapa pedagang dengan kue khas mertapura yaitu LELEPON buntut. Kue ini mirip dengan klepon yang dikenal dibali.Kue dari bahan ketan yang didalamnya berisikan gula merah,ujung kue ini berbentuk buntut/ekor.

Pak Yuliansyah menuturkan kepada kami, bagaimana tahapan pertama dibukanya tanah untuk digali mencari intan. Biasanya sang pemilik tanah bermimpi mengenai intan atau mereka memanggil paranormal untuk mengetahui apakah tanah mereka berpotensi intan didalamnya atau tidak. Setelah sang pemilik meyakini tanah mereka mengandung intan, mereka mengadakan syukuran sesuai adat dan menentukan hari penggalian pertama. Sang pemilik tanah akan mencari seorang investor dimana mereka memanggil "bos" . Seorang bos akan memiliki lebih kurang 25-30 orang pekerja, yang akan di danai berupa peralatan pekerja, makan, dan gaji. Semua keuangan akan dikeluarkan oleh sang bos. Kata intan di areal pendulangan dianggap tabu...........maaf, ditempat pendulangan mereka tidak menyebutnya intan tetapi "galuh" yang dalam bahasa banjar artinya "anak perempuan kesayangan".Ketika pekerja menemukan intan mereka akan memasukannya kedalam mulut sesaat (berharap tidak hilang) lalu menyimpannya kedalam kantong. Hal ini dilakukan karena mereka mempercayai intan adalah barang gaib, yang bisa menghilang begitu saja. Ketika intan sudah terkumpul, pekerja menyetor ke bos, dan dilakukan penghitungan sebagai berikut : prosentase untuk pemilik tanah, prosentase investor, dikurangi biaya produksi pekerja, dan pajak...........baru merupakan hasil/uang yang didapat pekerja. Prosentase sudah ditetapkan di awal perjanjian.


Tempat Pendulangan



Pekerja asik mendulang intan

Selama di tempat pendulangan ini, kami melihat beberapa areal penggalian, dan juga melihat bagaimana pekerja mendulang intan di nampan yang besar dan berat........mencari sebuah titik berkilap diantara lumpur dan batu, wah pekerjaan susah juga buat ku! Harus sabar dan mata terbuka lebar.....bermain lumpur ternyata menghasilkan intan. Salah satu pekerja memberitahu saat dia menemukan sesuatu, aku menjerit : "ini kan gula pasir, bukan intan?" aduh memang mirip sekali seperti gula karena intan ini kecil. Selain intan, mereka juga menemukan emas, bebatuan yang bisa di asah untuk perhiasaan, sedangkan batu yang bukan jenis perhiasaan akan dijual untuk bahan bangunan.



Ternyata berat alat mendulang ini



Batu yang sudah tak terpakai


Setelah 2jam perputar disekitar areal, kami selanjutnya menuju tempat pengasahan intan di daerah Mertapura. Tempat ini merupakan koperasi yang bekerja sama dengan Bank Indonesia, mereka mengasah intan dan membentuknya menjadi 33sudut,dimana 24 sudut bagian bawah, 32 sudut bagian atas dan 1 sudut dasar(meja). Para pekerja ini sempat mendalami pengasahan intan di belanda dengan alat modern, sehingga intan indonesia bisa bersaing ditaraf international. Intan ini setelah diasah kita sebut BERLIAN. Mereka juga mempunyai tempat display untuk berlian yang sudah berbentuk perhiasaan, harga menurut jenis berlian dan kadar emas dari perhiasaan tersebut.


Gambar cara mengasah menjadi berlian


Selanjutnya kita melanjutkan perjalanan ke pasar Mertapura, pasar ini khusus pasar penjualaan berbagai jenis bebatuan dan berlian. Banyak sekali jenis permata yang diperdagangkan disini, dari jenis kecubung,mirah,diamond,permata khas kalimantan...dan lain-lain. Kita bisa memanjakan mata melihat warna warni permata, setelah melihat banyak, akhirnya aku memutuskan membeli sepasang blue safir, dan beberapa perhiasan bebatuan untuk oleh-oleh keluarga dirumah. Setelah puas melihat permata, kita menyusuri bagian kiri pasar. Wah, disini banyak meja-meja kecil berjejer dengan berbagai jenis kue dan panganan khas banjar. Suami ku mencoba snack jengkol dengan santan, terasa aneh untuk lidah jerman nya! akhirnya dia menemukan kue yang terbuat dari gula kelapa dan ketan yang digiling,lezat!

Kita mencoba hampir semua jenis kue yang ditawarkan, sebelum melanjutkan perjalanan pulang ke kota banjarmasin kembali. Perjalanan hari ini membutuhkan waktu sekitar 6 jam untuk berkeliling di cempaka dan pasar mertapura. Hari yang cukup melelahkan.....sehingga perlu makanan untuk mengganti energi yang kita keluarkan, atas saran guide, kami mencoba rumah makan cendrawasih (rumah makan khas banjar) sebelum kembali ke hotel untuk beristirahat.



Kue lezat pilihan suami lagi dibikin



Suami berpikir : apalagi yah yang dicoba?
Lokasi : Pasar Mertapura sisi kiri


Jumat, 06 Maret 2009

Perjalanan Pasar Terapung di Kalimantan

Tanggal 29 Desember' 08
Masih dalam perjalanan di Banjarmasin.Jam 3 dini hari, aku bangun karena harus persiapan untuk melihat pasar pagi terapung di sungai kuin. Setelah mandi dan bikin kopi buat suami, baru deh bangunin suami untuk bersiap-siap pula. Menikmati kopi panas berduaan menambah energi dan kehangatan. Jam 4.30, kita meninggalkan hotel dengan berjalan kaki menuju kantor gubernur, menemui pengemudi perahu klotok disana. Cuaca mulai hujan , kita mulai gelisah karena sebagian pakaian sudah basah, untung saja ada seorang pengendara motor menawarkan jasa ojek untuk mengantar kami. Akhirnya dangan 10.000 rupiah (walau sedikit mahal) kita sampai dengan aman di tempat yang dijanjikan. Awan masih sedikit gelap, dan kita harus menunggu karena perahu belum menjemput kita ditempat yang dijanjikan (jam karet sudah biasa).



Menunggu klotok dalam gelap

Suara adzan pun mulai berkumandang dengan nyaring, karena penduduk mayoritas umat islam. Setelah menunggu sekitar 40menit, akhirnya kita mulai mengarungi sungai martapura, melewati sungai ini kita bisa melihat kehidupan di pagi hari sepanjang sungai. Orang- orang mulai MCK (mandi cuci kakus), memasak, mencuci, semua memakai aliran sungai sebagai aktivitas utama.Sekitar 1 jam perjalanan baru kita sampai di sungai kuin tempat pasar terapung, sungguh pemandangan yang unik! Banyak perahu kecil dengan barang dagangan, misal : ikan, sayuran,buah dan lain lain. Ada juga warung makan atau warung kopi terapung. Karena begitu menarik , suami tidak hentinya membidikan kamera ke arah para pedagang, sampai naik di atap perahu klotok, dinginnya angin tidak mempengaruhi semangatnya. Setelah menyusuri areal pasar, akhirnya timbul niat untuk mencoba warung kopi. Aku memesan teh hangat dan mencoba beberapa kue yang ada disana. Mengambil kue sangatlah unik, kita harus merapatkan perahu ke perahu warung tersebut, dan memakai tangkai untuk untuk mengambil kue nya, seperti memancing! Banyak juga kue khas yang ditawarkan, karena ingin tau rasanya aku mencoba 4 jenis kue tradisional khas daerah ini. Ada juga beberapa perahu buah merapat ke perahu kami untuk menawarkan dagangannya.....sedikit ngeri karena merasa perahu kami di tabrak, apa harus berenang nantinya? Wah kedalaman sungai perpuluh-puluh meter, tidak kebayang harus ikut terapung!



Wajah aktivitas di toilet


Pasar terapung



Klotok penuh kelapa



Aktivitas tawar menawar



Ibu dengan perahu penuh dagangan



Sudut pasar terapung



Memancing jajanan tradisional


Sekitar 1 jam kita berpuas diri di pasar terapung, dan melanjutkan perjalanan ke Pulau Kembang, dari pasar terapung ke pulau kembang berkisar 30 menit. Pulau Kembang adalah pulau ditengah sungai barito yang didalamnya hidup sekelompok monyet. Memasuki areal pulau , kita harus membayar kontribusi sebesar 5000 rupiah, dan hati hati : banyak ibu-ibu meminta uang. Terlihat lucu, dengan wajah terbalut bedak dingin yang sangat putih , mereka seperti memakai masker malam! Untuk mengelilingi pulau ini sangatlah mudah, kita hanya mengikuti jalan setapak yang terbuat dari kayu, berjalan kaki sambil menikmati monyet yang bergelantungan atau yang menjerit mmeminta pisang dan kacang adalah suasanan yang ditawarkan tempat ini.Hanya 20 menit kita sudah mengelilingi seputar areal pulau ini. Jangan lupa untuk memberi kacang sebagai hadiah kepada para monyet ini.



Pulau kembang


Dari pulau kembang , kita melanjutkan perjalanan melalui sungai barito, melihat tempat penyimpanan batu bara di tengah sungai dan ditepi sungai penuh perusahaan batu bara dengan kapal-kapal besarnya.Dari sungai barito, kita lalu menuju sungai alalak. Di tepi sungai ini kita beristirahat untuk menikmati makanan khas banjarmasin, yaitu : Soto Banjar. Karena vegetarian, aku cuma bisa makan Soto Telor Banjar! Lumayan juga menikmati kuah khas-nya. Cukup istirahat , kita melanjutkan perjalanan untuk kembali ke hotel. Jarak tempuh sekitar 1 jam lagi, dengan pemandangan sungai alalak, kita bisa melihat beberapa rumah terapung lagi dan banyak tempat pengolahan maupun penyimpanan kayu disini ( kasihan hutan mulai gundul masih saja ada kayu yang ditebang). AKhirnya seluruh perjalanan kita sekitar 5jam ! kembali ke sungai martapura, dan turun di depan kantor gubernur kembali, kita berjalan kaki menuju hotel.Biaya untuk menyewa perahu klotok secara pribadi adalah 250.000 rupiah, ada juga perahu ber-AC yang dikelola kantor walikota : biaya sekitar 60.000 per-orang sudah termasuk welcome drink (kopi) dan sarapan. Hari yang melelahkan, juga menyenangkan.



Batubara di tengah sungai barito



Kapal-kapal besar di sungai barito



Menu soto banjar



Sudut di sungai alalak


Rabu, 04 Maret 2009

Perjalanan ke Banjarmasin (27 - 28 desember' 08)

Ide perjalanan ini didasarkan keinginan melihat sisi kehidupan di sepanjang sungai. Dan pada tanggal 27 Desember’08 setelah merayakan natal dan kesibukan belanja natal berakhir kita terbang ke Banjarmasin dengan pesawat „Lion Air“ melalui Denpasar-Surabaya-Banjarmasin.Penerbangan berjalan lancar tanpa adanya delay, pelayanan lion air ternyata bisa di handalkan. Tepat jam menunjukan 21.30 waktu setempat, kita sampai di lapangan terbang Syamsuddin Noor, dan segera menuju Hotel Midoo dengan taxi bandara.


Di tengah kota Banjarmasin


Bangunan untuk burung wallet

Keesokan harinya sekitar jam 9 pagi, kita berjalan kaki seputar kota Banjarmasin. Melihat sungai Martapura terlintas pikiran : ada kehidupan seperti apa ya di kedalaman sungai seperti ini? Kita tidak bisa melihat sungai selebar dan sepanjang ini di Bali. Kota Banjarmasin sedikit panas hari ini, tapi tak menghalangi niat untuk berjalan melihat kehidupan di seputar kota ini. Keringat mulai berjatuhan, tapi kita masih kuat dan asik berjalan, banyak orang yang menyapa di sepanjang jalan. Wah ternyata tidak banyak orang yang mau seperti kita yang berjalan kaki. Orang- orang lebih nyaman naik becak, dengan ongkos seputar 5.000 – 10.000 rupiah, tergantung jarak tempuh.


Di kota ini terlihat beberapa bangunan tua untuk tempat sarang burung walet. Suara burung begitu nyaring seperti suara musik dan sarang yang dihasilkan membuat sang pemilik bernyanyi lebih lantang karena harga yang tinggi.Setelah puas melihat kota, pasar, sungai akhirnya kita memutuskan makan siang di rumah makan Kandangan yang menyediakan menu : ikan bakar patin, ikan goreng tepung khas banjar, sayur labu kuning dan lainnya. Rumah makan ini khas banjar, dan sehingga wajib untuk mencobanya! Selesai menyantap makan siang yang sederhana tapi lezat, kita menuju Hotel untuk beristirahat. Dengan berbekal buku terbitan “Lonely Planet” untuk travel seputar Borneo, kita memutuskan esok pagi hari melihat pasar terapung di sungai kuin.




Ikan patin bakar khas banjar



Ikan goreng tepung khas kandangan



Salah satu sudut kota Banjarmasin



Kehidupan di sungai Martapura





Permulaan

hari ini permulaan aku membuat blog di site ini. Mungkin baru mulai belajar untuk membuat tulisan atau pun cara postingnya. Tapi aku mengharapkan bisa menulis semua perjalanan yang sudah aku lakukan atau perjalanan orang lain, sehingga dapat membantu orang didalam melakukan perjalanan ataupun menemukan ide perjalanan. siap membaca? terima kasih bila ada saran yang dikirimkan untuk menambah posting disini.Travel report untuk berbagi pengalaman mengenai perjalanan yang sudah kami lakukan bersama, berbagi informasi perjalanan.